Sekali lagi merupakan perkara yang sangat membosankan dan menjemukan berbantah-bantahan –terutama pada perkara yang tidak nyambung-, akan tetapi apa boleh buat, saya sudah bertekad untuk melayani bantahan saudara-saudara saya, baik ustad Askari, sang narasumber penyesatan rodja (ustadz Luqman Ba’abduh) dan juga al-ustadz Dzulqornain sang narasumber kedua sumber informasi kesesatan radiordoja kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafizohulloh.
Kalau kedua sahabatnya al-Ustadz Luqman dan Ustadz Askari agak kasar…(Askari berkata : Firanda yang Durjana) atau yang semisalnya, maka al-Ustadz Dzulqornain sangat “indah” kata-katanya dan gelaran-gelaran yang diberikan kepada saya.
Diantara perkataan al-Ustadz hafizohulloh
– ((Sudah sekian lama Saya mengetahui pemikiran-pemikiran Ustadz Firanda yang menyimpang. Juga Saya mengetahui bahwa, di antara kawan-kawannya, Ustadz Firanda inilah yang pemikirannya paling parah dan jalannya paling jelek))
– ((Saya menganggap bahwa Ustadz Firanda ini bukanlah orang yang layak ditanggapi, apalagi dibantah. Semua orang yang pernah menasihatinya telah memaklumi akan Ustadz Firanda, bahwa beliau adalah orang yang gemar mendebat, kurang akal, dan keras kepala))
– ((Saya memuji Allah Subhânahu wa Ta’âlâ yang menampakkan isi hati orang ini sehingga tampak jelas keinginan dia yang sebenarnya serta tiada keraguan terhadap makar dan tipu dayanya))
– ((Siapa saja yang membaca semua tulisan Ustadz Firanda tentang pembelaannya terhadap Rodja akan mendapati Ustadz Firanda ini sebagai orang yang kurang akal dan jelek pemahamannya disertai dengan keberaniannya berdusta tanpa rasa malu))
– ((Saya merasa bahwa agak sulit mengajarkan akhlak rasa malu kepada orang yang kurang akal seperti Ustadz Firanda))
– ((Seharusnya dia sudah belajar ilmu bahasa Arab dan ilmu ushul fiqih dengan baik sehingga bisa memahami seluk beluk bahasa yang berjalan dalam pembahasan ilmu agama)).
Bahkan sebelumnya juga al-Ustadz Dzulqornain pernah menuduh saya salah nerjemah perkataan Syaikh Sholeh Al-Fauzaan…, namun ternyata beliau hanya menuduh dan justru beliau salah nerjemah !!
– ((siapa saja yang memperhatikan tulisan-tulisan Ustadz Firanda dalam membela Rodja akan menilai layak kalau Saya berkata bahwa Ustadz Firanda ini seperti “kambing, walaupun terbang”))
– ((Inilah sebenarnya di antara hizbiyah Ustadz Firanda dan siapa saja yang bersepakat dengannya))
Tapi bagi saya gelaran-gelaran yang indah tersebut adalah hal yang wajar, jika kita mengikuti sepak terjang al-Ustadz Dzulqornain maka begitulah cara beliau merendahkan orang lain. Jika Syaikh Ali Hasan tidak selamat dari “perendahannya” maka bagaimana lagi dengan Firanda yang kurang akal dan keras kepala??”
Saya hanya bisa menukil komentar dua Akhi fillah tentang bantahan al-Ustadz Dzulqornain berikut ini :
Pertama : ((Saya juga sesekali meluangkan waktu membaca tulisan Ustadz Firanda dan pada akhirnya saya berkesempatan membaca bantahan Ustadz Dzul. Balasan Ustadz Dzul saya perhatikan lebih pada penggalangan opini terhadap sosok Ustadz Firanda, tapi kurang dalam mengkounter apa yang ditulis Ustadz Firanda. Harus diakui bahasa yang dipakai Ustadz Dzul lebih agresif))
Kedua : ((Saya telah membaca tulisan ustadz Dzul. Lebih mending daripada yang lain, walau tetap dikatakan :
لا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ
“yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar”.
Saya melihat tulisan itu tidak lebih hanya mengeluarkan isi bisul yang ingin pecah, seperti kata : pendek akal dan semisalnya. Tidak fokus pada apa yang dibicarakan. Kalau kita biasa mengikuti gaya bahasa ustadz Makassar ini, memang tidak akan jauh dengan senang meng-under estimate-kan orang. Bukan rahasia lagi saya kira…..
Misal, tentang IT. Point masalah yang dari dulu saya tangkap adalah bagaimana mengelola perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam menyikapi masalah IT. Kemudian para du’at di dalam negeri. Itu saja. Dan lihat realitasnya saja, asatidzah yang sedang dimusuhi ustadz Dzul itu apakah memang punya keterkaitan dengan IT atau tidak. Kalau pun ada, sebagian kecil, separuhnya, sebagian besarnya, atau malah semuanya ?.
Tentang Rodja, saya malah tidak mengerti fokus apa yang sedang dibicarakan ustadz Dzul. Barangkali rekan-rekan bisa membantu. Sepemahaman saya, terkait Radio Rodja, point nya adalah bahwa Radio ini telah menebarkan dakwah tauhid dan sunnah, tapi kok malah dihajr dan ditahdzir. Lantas, masalahnya apa ?. Kalau masalahnya adalah keterkaitan dengan ‘Aliy Al-Halabiy, ya bahas saja ‘Aliy Al-Halabiy, karena Rodja hanyalah cabang dari pokok permasalahan. Ini lebih mudah. Atau,…. apakah Rodja punya hubungan dengan IT ?.
Cara mengkritik kulalsalafiyeen memang cukup cerdik dengan menggunakan fatwa Asy-Syaikh Shaalih As-Suhaimiy. Tapi,… ada yang perlu diperhatikan. Syaikh tidak mungkin membaca apa isi kulalsalafiyeen. Jadi, apa yang dikatakan beliau terkait dengan informasi yang disampaikan kepada beliau. Oleh karena itu dapat kita perhatikan bahwa perkataan Syaikh itu umum, yang juga berlaku pada situs sahab. Dan sesekali ngaca diri saja deh, apakah memang sahab itu menjadi situs atau forum yang sangat terhormat yang isi di dalamnya bersih dari perendahan para ulama…. dusta…. dan kultus individu ?.
Seandainya tulisan ustadz Dzul dianggap masih terlalu prematur untuk dikatakan ilmiah, mungkin karena itu baru hidangan pembuka. Nasi dan daging ayamnya masih disimpan untuk hidangan inti nantinya. Semoga saja begitu…..)) (silahkan lihat kedua komentar tersebut di https://www.facebook.com/abuutsman/posts/10200770119916103?comment_id=4927867&offset=0&total_comments=71¬if_t=mentions_comment)
Catatan :
Pertama : Memang surat al-Ustadz Dzulqornain sengaja saya sebarkan mengingat :
– Ternyata isinya penuh dengan kedustaan-kedustaan. Sebagaimana telah saja jelaskan dalam tulisan saya (“Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 2)? – Surat Al-Ustadz Dzulqornain Kepada Syaikh Sholeh Al-Fauzaan”) dan (“Ada Apa Dengan Radio Rodja & Rodja TV (bag 3)?“).
– Karena al-Ustadz Dzulqornain pernah menunda “penyebaran fatwa” Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah tentang jihad, yang hingga saat inipun belum pernah tersebar setahu ana. Padahal tatkala itu orang yang tidak memandang wajibnya jihad di Ambon dikatakan hzibi oleh Al-Ustadz cs. Dan sekarang saya masih ingin membaca fatwa Syaikh Al-Utsaimin yang seharusnya disebarkan untuk umat akan tetapi tidak pernah muncul di permukaan. Hal ini mengkhawatirkan saya bahwa fatwa ini juga akan ikut-ikutan lenyap
– Dalam fatwa Syaikh Sholeh Al-Fauzan ada nasehat yang sangat indah bagi salafiyin untuk tidak sibuk mencela yayasan-yayasan dan para dai
– Dalam surat tersebut al-Ustadz juga berkata ((Dan kami mengharapkan dari fadilatus Syaikh untuk memberi nasehat kepada orang-orang Rodja yang telah lalu penjelasan kondisi mereka, seseungguhnya kami mengharpkan kebaikan bagi sebagian mereka yang bersikap tasahul atau tersamarkan perkara baginya)). Jadi nasehat Syaikh Sholeh Al-Fauzaan juga untuk orang-orang Rodja. Karena pendengar rodja banyak maka saya ingin agar mereka juga mengetahui isi nasehat tersebut
– Al-Ustadz merasa nasehat Syaikh Sholeh Al-Fauzan (setelah memberikan informasi dusta) mendukung sikap tahdzirannya. Dan hingga saat ini al-Ustadz juga merasa benar dalam mentahdzir Radiorodja yang tahdziran beliau dijadikan dalil oleh para ahlul bid’ah.
– Seharusnya al-Ustadz Dzulqornain sebagaimana perkataan salah seorang penyiar Radiorodja ((Seharusnya ustadz dzul sebelum menulis surat ke syaikh fauzan tabayun dulu ke rodja, akhirnya sangat kelihatan dusta dan serampangan dlm menilai..ini yg tidak mau disadari oleh beliau sehingga merasa jawaban nasehat syaikh fauzan adalh untuk mendukungnya… ketika surat ke syaikh fauzan diterima oleh asatidz rodja hanya bisa tersenyum..namun ada juga 1 ustadz yg ingin memejahijaukan sang penulis surat karena tuduhannya tsb))
– Kalau isi surat tersebut benar tentunya tidak mengapa disebar, apalagi kalau al-Ustadz merasa surat tersebut mendukung beliau, tentunya beliau harusnya bahagia dukungan tersebut disebarluaskan !!!
Kedua : Al-Ustadz menjanjikan banyak judul bantahan yang akan beliau siapkan. Terus terang saya gembira dengan persiapan tersebut. Karena bagaimanapun jika para ulama tidak selamat dari kesalahan apalagi seperti saya yang digelari oleh al-Ustadz dengan gelaran-gelaran indah di atas. Kebenaran lebih kita cintai daripada siapapun… Setia menanti kritikan-kritikan Al-Ustadz Hafizohulloh
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 01-01-1435 H / 05-11-2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com